Jika kamu baru belajar tentang zakat, pasti pernah bingung dengan istilah zakat maal dan zakat fitrah. Saya pun pernah ada di posisi itu, dan ternyata perbedaannya cukup mendasar. Kedua zakat ini sama-sama wajib, tapi mereka punya aturan dan tujuan yang berbeda. Begitu saya mulai memahami lebih dalam, saya merasa lebih jelas kapan dan bagaimana keduanya harus dikeluarkan. Mari saya bagikan pengalaman dan penjelasan singkat tentang perbedaan antara zakat maal dan zakat fitrah.
Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta yang kita miliki, dan jenis harta yang dikenai zakat ini beragam. Bisa dari tabungan, emas, saham, properti yang disewakan, atau hasil usaha. Saya sempat bingung pada awalnya, karena saya kira zakat hanya berlaku untuk uang atau emas saja, tetapi ternyata banyak sekali aset yang bisa dikenakan zakat.
Apa yang penting dari zakat maal adalah adanya batas yang disebut nisab. Misalnya, untuk uang atau emas, nisabnya biasanya setara dengan 85 gram emas. Jika kamu punya simpanan yang sudah mencapai atau melebihi nisab itu selama satu tahun penuh (haul), maka kamu wajib mengeluarkan zakat maal sebesar 2,5% dari harta tersebut. Awalnya, saya juga sempat berpikir, "Kenapa mesti nunggu setahun?" Ternyata, konsep haul ini berkaitan dengan ketahanan harta yang kita miliki. Kalau sudah setahun harta itu bertahan di atas nisab, berarti itu bukan lagi harta untuk kebutuhan mendesak, melainkan lebih sebagai kekayaan yang bisa didistribusikan kepada yang membutuhkan.
Saya ingat pertama kali membayar zakat maal setelah menyadari tabungan saya sudah di atas nisab selama setahun. Ada semacam rasa lega dan juga bangga karena akhirnya bisa berzakat. Seperti yang pernah saya dengar dari seorang ustaz, zakat maal adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap kekayaan yang berlebih. Dan ini berbeda dengan zakat fitrah yang lebih spesifik waktu dan tujuannya.
Sementara itu, zakat fitrah lebih sering saya anggap sebagai "penyempurna" puasa di bulan Ramadan. Zakat ini wajib ditunaikan setiap tahun menjelang Idulfitri dan berlaku untuk setiap individu Muslim, bukan hanya bagi yang kaya atau punya harta berlimpah. Yang unik dari zakat fitrah adalah bentuknya yang biasanya berupa makanan pokok, seperti beras atau gandum, dengan berat sekitar 2,5 kg per orang, atau bisa juga diganti dengan uang senilai makanan tersebut.
Zakat fitrah juga punya tujuan yang sangat mulia, yaitu agar semua orang, termasuk yang kurang mampu, bisa merayakan hari raya dengan bahagia. Saya sendiri merasa bahwa zakat fitrah adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa di hari kemenangan itu, tak ada yang kelaparan. Bayangkan, setelah satu bulan penuh berpuasa, kita menutupnya dengan berbagi kepada orang lain, agar semuanya bisa menikmati momen yang sama.
Ada satu kejadian yang membuat saya tersadar betapa pentingnya zakat fitrah. Suatu kali, saya hampir lupa membayar zakat fitrah karena sibuk dengan persiapan lebaran. Untungnya ada pengingat dari masjid dekat rumah, jadi saya bisa cepat-cepat menunaikannya sebelum shalat Idulfitri. Dari situ, saya belajar untuk selalu mendahulukan kewajiban ini, karena zakat fitrah memang harus ditunaikan sebelum shalat Id berlangsung.
Dari pengalaman ini, saya jadi paham bahwa zakat maal dan zakat fitrah itu punya perbedaan signifikan dari segi waktu, jumlah, dan tujuan. Zakat maal dikeluarkan kapan saja sepanjang tahun asalkan syarat nisab dan haul terpenuhi. Tujuannya lebih kepada membersihkan harta dan membantu distribusi kekayaan agar tidak hanya berputar di kalangan yang kaya saja.
Sementara zakat fitrah lebih terikat waktu—harus dikeluarkan selama Ramadan, khususnya sebelum Idulfitri. Tujuannya sangat sosial, memastikan semua orang bisa merayakan hari raya dengan layak.
Keduanya wajib, tetapi punya peran yang berbeda dalam kehidupan seorang Muslim. Zakat maal adalah tentang tanggung jawab kita terhadap harta yang kita miliki dalam jangka waktu yang panjang, sementara zakat fitrah lebih kepada penyucian jiwa setelah bulan Ramadan dan bentuk solidaritas sesama Muslim.
Saya sering berpikir, jika semua orang yang mampu benar-benar taat dalam menunaikan zakat maal dan zakat fitrah, kita mungkin bisa mengurangi kemiskinan secara signifikan. Zakat bukan hanya sekadar memberi, tetapi juga tentang memelihara keseimbangan dalam masyarakat dan membersihkan diri dari sifat kikir. Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih mudah menunaikan zakat dengan benar dan tepat waktu.