Saya masih ingat pertama kali saya sadar akan pentingnya zakat dalam hidup saya. Saat itu, saya baru saja memulai pekerjaan tetap dan mulai merasa gaji saya sedikit lebih stabil. Tapi, seiring dengan itu, saya mulai mendengar lebih sering tentang zakat dan pajak dari orang-orang di sekitar saya. Awalnya, saya agak bingung bagaimana keduanya bekerja bersamaan, apalagi mendengar bahwa zakat bisa memengaruhi pengurangan pajak. Ini semacam hal baru buat saya.
Setelah melakukan riset, saya jadi paham bahwa zakat sebenarnya memiliki manfaat ganda, bukan hanya membantu mereka yang membutuhkan, tapi juga bisa meringankan beban pajak kita. Dalam hal ini, zakat yang kita keluarkan untuk tujuan ibadah bisa diakui oleh negara sebagai pengurang kewajiban pajak, setidaknya di beberapa negara yang sudah mengadopsi sistem ini.
Bagi saya, ini seperti sebuah win-win solution. Mengeluarkan zakat 2,5% dari penghasilan sebenarnya adalah kewajiban dalam agama, dan itu pun membantu membersihkan harta kita dari unsur yang tidak berkah. Tapi, ketika saya tahu bahwa zakat juga dapat mengurangi pajak, ini terasa seperti bonus yang luar biasa. Jadi, di satu sisi, saya bisa menjalankan kewajiban agama, dan di sisi lain, saya dapat sedikit meringankan beban keuangan dalam kewajiban pajak.
Di Indonesia, misalnya, zakat yang dibayarkan melalui lembaga amil zakat resmi dapat dilaporkan dalam SPT Tahunan untuk mengurangi penghasilan kena pajak. Jadi, secara efektif, zakat yang kita keluarkan tidak "terbuang sia-sia" secara finansial, karena kita tetap mendapatkan pengurangan pajak.
Coba saya jelaskan dengan cara yang lebih sederhana. Katakanlah penghasilan Anda selama satu tahun adalah Rp100.000.000. Dari jumlah itu, Anda mengeluarkan zakat 2,5%, yaitu Rp2.500.000. Jika zakat itu dibayarkan melalui lembaga resmi, Anda bisa melaporkannya di SPT Tahunan, sehingga jumlah Rp2.500.000 ini akan mengurangi penghasilan kena pajak Anda.
Ini berarti, jika penghasilan Anda dikenakan pajak 15%, zakat yang Anda keluarkan akan membantu Anda menghemat sekitar 15% dari Rp2.500.000 dalam pajak, yaitu sekitar Rp375.000. Mungkin terlihat kecil, tapi jika dikumpulkan dari tahun ke tahun, ini bisa jadi cukup signifikan.
Seiring waktu, saya juga menyadari bahwa zakat bukan hanya sekadar soal kewajiban agama atau pengurangan pajak. Ini tentang memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Saat zakat ditunaikan dengan benar, uang itu tidak hanya duduk di lembaga amil zakat, tetapi langsung dialokasikan kepada mereka yang membutuhkan, seperti fakir miskin, yatim piatu, dan kaum dhuafa. Dengan begitu, zakat menjadi alat distribusi ekonomi yang kuat.
Dampak positif ini juga terasa secara psikologis. Ada rasa kepuasan batin ketika tahu bahwa sebagian dari harta yang kita miliki membantu orang lain untuk hidup lebih baik. Ini mungkin terdengar sederhana, tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa membantu sesama. Saya yakin itu juga yang menjadi bagian dari keberkahan yang sering dibicarakan dalam zakat.
Kalau Anda juga baru saja memahami hal ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar bisa memanfaatkan manfaat zakat dalam pengurangan pajak:
Bayar zakat melalui lembaga resmi – Pastikan Anda membayar zakat di lembaga yang telah terdaftar secara resmi. Ini penting karena hanya zakat yang dibayarkan melalui lembaga resmi yang bisa dilaporkan dalam SPT.
Simpan bukti pembayaran – Sama halnya dengan transaksi keuangan lainnya, pastikan Anda menyimpan bukti pembayaran zakat sebagai dokumentasi yang bisa Anda lampirkan saat mengajukan SPT.
Konsultasikan dengan ahli pajak – Jika Anda ragu atau belum yakin cara melaporkan zakat dalam pajak Anda, tidak ada salahnya meminta bantuan konsultan pajak. Mereka bisa membantu memastikan bahwa zakat Anda terhitung dengan benar.
Secara pribadi, saya merasakan ada kedamaian batin setelah mulai rutin menunaikan zakat. Kewajiban agama terpenuhi, hati lebih ringan karena tahu sebagian harta telah diberikan kepada yang membutuhkan, dan saya juga mendapatkan manfaat keuangan berupa pengurangan pajak. Jadi, tidak ada ruginya sama sekali!
Zakat memang kewajiban, tetapi ketika kita melihat manfaatnya lebih luas, baik secara spiritual maupun finansial, ini benar-benar memberikan kesejahteraan ganda—bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan di sekitar kita.